KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN
KONSELING
1. Pelayanan Dasar
a.
Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian
bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur
secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
keputusan dalam menjalani kehidupannya
b.
Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa
agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu siswa
agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
c.
Fokus Pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang
dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Semua
ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya.
d.
Strategi Implementasi
Program Pelayanan Dasar
1)
Bimbingan Klasikal
Program yang
dirancang menuntut guru untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta
didik di kelas. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain
storming (curah pendapat).
2)
Pelayanan Orientasi
Pelayanan
ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah,
untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru
tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program
pelajaran baru.
3)
Layanan Orientasi di Sekolah
Bagi siswa,
ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan
(sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan
proses belajarnya kelak. Allan &
McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi, periode
penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat
bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan dan McKean menunjukkan beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
a) Program orientasi yang efektif mempercepat proses
adaptasi; dan juga memberikan kemudahan utuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
b) Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian
ternyata kurang berhasil di sekolah.
c) Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah
memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuikan diri daripada anak-anak dari
kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.
4)
Layanan Orientasi di Luar Sekolah.
Cara
penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang
diperlukan dan siapa yang memerlukanya. Lembaga-lembaga seperti Badan Penasihat
Perawinan, Pusat Rehabilitasi Narapidana, Pusat Orientasi Tenaga Kerja, dan
lainnya dapat dibentuk dan konselor (karena di luar sekolah) menjadi tenaga
ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus di masyarakat itu.
a)
Pelayanan Informasi.
Yaitu
pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta
didik melalui komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak
maupun elektronik, seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet).
b)
Bimbingan Kelompok
Guru BK
memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok
kecil yang beranggotakan 5 s.d 10 orang. Bimbingan ini ditujukan untuk merespon
kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan
kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia, seperti:
cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola
stres.
c)
Pelayanan Pengumpulan Data
(Aplikasi Instrumentasi)
Merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang pribadi peserta didik,
dan lingkungan peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2. Pelayanan
Responsif
a.
Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada
siswa yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses
pencapaian tugas-tugas perkembangan.
b.
Tujuan
Tujuan
pelayanan responsif adalah membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang mengalami hambatan,
kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
c.
Fokus Pengembangan
Fokus
pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan siswa. Masalah dan
kebutuhan siswa berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena
dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Masalah siswa pada
umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui
gejala-gejala yang ditampilkannya. Untuk memahami kebutuhan dan masalah siswa
dapat ditempuh dengan cara asesmen dan analisis perkembangan siswa dengan
menggunakan berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP),
angket siswa, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir siswa, leger,
psikotes, dan daftar masalah siswa atau alat ungkap masalah (AUM).
d.
Strategi Implementasi
Program Pelayanan Responsif
1)
Konseling individual dan
kelompok
Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk
membantu siswa yang mengalami kesuliatan, mengalami hambatan dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya.
2)
Referal (rujukan atau alih
tangan)
Apabila guru BK merasa kurang memiliki kemampuan untuk
menangani masalah siswa, sebiknya dia mereferal atau mengalihtangankan siswa
kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter,
dan kepolisisan. Siswa yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki
masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba
dan penyakit kronis.
3)
Kolaborasi dengan guru mata
pelajaran atau wali kelas
Guru BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam
rangka memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran
dan pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Aspek-aspek itu diantaranya : (1) menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa, (2) memahami karakteristik siswa yang unik dan
beragam, (3) menandai peserta didik yang diduga bermasalah, (4) membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar malalui program remedial
teaching, (5) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing, (6) memberikan informasi yang up
to date tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati
siswa, (7) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi yang luas kepeda siswa tentang dunia kerja (tuntutan
keahlian kerja, persyaratan kerja dan prospek kerja), (8) menampilkan pribadi
yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial maupun moral-spritual (hal ini
penting karena guru merupakan figure central bagi siswa) dan (9)
memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya secara efektif.
4)
Kolaborasi dengan orang tua
Guru BK perlu melakukan kerjasama dengan para orang
tua siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tau ini, dapat dilakukan
beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah/madrasah atau komite
sekolah/madrasah mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah/madrasah
(minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannya dapat bersamaan dengan
pembagian rapor, (2) sekolah/madrasah memberikan informasi kepada orang tua
(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah/madrasah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.
5)
Kolaborasi dengan
pihak-pihak terkait di luar sekolah/madrasah
Yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk
menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan
peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan
pihak-pihak (1) instansi pemerintah, (2) instansi swasta, (3) organisasi
profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia), (4) para
ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater dan dokter,
(5) MGP (Masyawarah Guru Pembimbing) dan (6) DEPNAKER (dalam rangka analisis
bursa kerja/lapangan pekerjaan).
6)
Konsultasi
Guru BK menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang
tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang terkait dengan upaya membangun
kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik,
menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan siswa,
melakukan referal dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
7)
Bimbingan teman sebaya (peer
guidance/peer facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang
dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing
sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh guru BK. Siswa yang menjadi
pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu siswa lain dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
8)
Konferensi kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan siswa dalam
suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan
keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa itu.
Pertemuan konferensi kasus ini bersifat terbatas dan tertutup.
9)
Kunjungan rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan
tentang siswa tertentu yang sedang ditangani dalam upaya mengentaskan
masalahnya melalui kunjungan ke rumahnya.
3. Pelayanan
Perencanaan Individual
a.
Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan
kepada siswa agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan
kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia
di lingkungannya. Strategi yang
digunakan dalam layanan perencanaan individual adalah konsultasi dan konseling
(Juntika & Sudianto, 2005). Sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang
pendidikan, bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006),
strategi dalam layanan perencanaan individual, meliputi :
1)
Individual appraisal, individu diminta oleh konselor
untuk menginterpretasi tentang bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang
ada dalam dirinya sendiri.
2)
Individual advisement, konselor
meminta individu yang bersangkutan untuk mempertimbangkan tentang pendidikan,
karir, sosial dan pribadi. Kemudian bagaimana individu tersebut untuk
merealisasikan.
3)
Transition planning, konselor bekerjasama dengan pihak
guru yang lain membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan
sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.
4)
Follow up, konselor bekerjasama dengan pihak
guru yang lain menindaklanjuti dari data yang diperoleh untuk kemudian
dievaluasi.
b.
Tujuan
Perencanaan
individual bertujuan untuk membantu siswa agar (1) memiliki pemahaman tentang
diri dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau
pengelolaan terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir, dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan
pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah dirumuskannya.
c.
Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat
dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi. Secara rinci
cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek: (1) akademik
meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan
lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus atau pelajaran tambahan yang
tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
sepanjang hayat; (2) karir meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karir, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif; dan (3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
d.
Strategi Implementasi
Program Pelayanan Perencanaan Individual
Guru BK membantu peserta didik menganalisis kekuatan
dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu
yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Melalui kegiatan penilaian diri ini, peserta didik
akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan
konstruktif.
Pelayanan
perencanaan individual ini dapat dilakukan juga melalui pelayanan penempatan
(penjurusan, dan penyaluran), untuk membentuk peserta didik menempati posisi
yang sesuai dengan bakat dan minatnya.
4. Dukungan
Sistem
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan
manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi dan
komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional guru BK secara
berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Program ini memberikan dukungan
kepada guru BK dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan di atas. Sedangkan
bagi personel pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan
program pendidikan di sekolah/madrasah. Dukungan sistem ini meliputi
aspek-aspek: (1) pengembangan jejaring (networking), (2) kegiatan
manajemen, serta (3) riset dan pengembangan.
- Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan
jejaring yang menyangkut kegiatan guru BK meliputi:
1.
Konsultasi dengan guru-guru,
2.
Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua
atau masyarakat,
3.
Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sekolah/madrasah,
4.
Bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah lainnya
dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi
perkembangan siswa,
5.
Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang
berkaitan erat dengan bimbingan dan konseling, dan
6.
Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain
yang terkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
- Kegiatan Manajemen
Kegiatan
manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan:
(a) pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya, dan
(d) pengembangan penataan kebijakan.
- Riset dan Pengembangan
Kegiatan
riset dan pengembangan merupakan aktivitas guru BK yang berhubungan dengan
pengembangan profesional secara berkelanjutan meliputi:
1)
Merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian
dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan
konseling sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan
implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan
unjuk kerja profesional guru BK;
2)
Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas
pengembangan diri guru BK profesional sesuai dengan standar kompetensi guru BK;
3)
Mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika
profesional;
4)
Berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan
profesi bimbingan dan konseling.
5.
Penempatan dan Penyaluran Layanan Bimbingan dan
Konseling
Purwoko (2008: 59) menjelaskan bahwa layanan
penempatan dan penyaluran adalah serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan
kepada siswa agar siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya
pada kondisi yang sesuai.
a.
Penempatan dan Penyaluran
Siswa di Sekolah
Penempatan dan penyaluran siswa di sekolah dapat
berupa (a) penempatan siswa di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke
dalam kelompok-kelompok belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan
(d) ke dalam jurusan/program studi yang sesuai.
b.
Penempatan dan Penyaluran
Lulusan
Pada setiap akhir tahun ajaran ratusan ribu atau
bahkan jutaan anak muda menamatkan studi dari jenjang pendidikan tertentu. Pada
umumnya mereka mendambakan untuk dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat yang
lebih tinggi. Atau bagi yang memang tidak bermaksud untuk melanjutkan
pendidikan, mereka mendambakan untuk dapat diterima pada lapangan kerja yang
sesuai.
c.
Penempatan dan Penyaluran ke dalam Pendidikan Lanjutan
Penempatan dan penyaluran siswa pada pendidikan
lanjutan tidak dapat dilakukan secara acak, tetapi memerlukan perencanaan yang
matang sebelum siswa tamat dari bangku sekolah yang sedang didudukinya. Oleh
sebab itu sangat penting diungkapkan bakat, minat, kemampuan dan ciri-ciri
kepribadian lainnya yang dimiliki siswa, serta keadaan sosial ekonomi orang
tua/wali siswa. Bertitik tolak dari pemahaman yang mendalam itu, guru atau guru
BK membantu siswa membuat rencana penempatan dan penyalurannya ke lembaga
pendidikan yang sesuai.
d.
Penempatan dan Penyaluran ke dalam Jabatan/Pekerjaan
Di samping penempatan dalam pendidikan, sekolah juga
membantu para siswanya yang akan memasuki dunia kerja. Walaupun di keliling
siswa tersedia berbagai lapangan kerja, tetapi tidak semua lapangan kerja itu
dapat dengan mudah atau cocok untuk dimasuki. Sebagaimana halnya dengan dunia
pendidikan, maka masing-masing bidang pekerjaan itu memiliki sifat dan
ciri-ciri tersendiri.
Layanan penempatan dan penyaluran boleh dikatakan
sebagai bentuk khusus yang paling nyata dari berbagai fungsi pemeliharaan dan
pengembangan dalam segala pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan layanan
tersebut siswa dipelihara kondisinya, sambil memperbaiki kondisi-kondisi yang
kurang memungkinkan. Pemeliharaan dan perbaikan kondisi itu tidak lain untuk memungkinkan
terjadinya proses perkembangan yang semakin cepat dan lancar sehingga tercapai
keadaan optimal sesuai dengan tahap perkembangan yang sedang dijalaninya. Demi
suksesnya layanan penempatan dan penyaluran itu, kerjasama antar guru BK dan
guru sangat menentukan dan juga dengan orang tua. Apabila trio "guru – guru BK – orang
tua" kompak dan matang dalam menangani layanan penempatan dan penyaluran
demi kebahagiaan siswa, sangat dapat diharapkan perkembangan siswa berada pada
jalur yang tepat.
6. Evaluasi dan
Akuntabilitas
a.
Pengertian Evaluasi BK
Istilah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku
"Essentials of Educational Evaluation", Edwind Wand dan Gerald W.
Brown, mengatakan bahwa : "Evaluation rafer to the act or prosses to determining
the value of something". Jadi menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah
suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Evaluasi
terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek penilaian,
yaitu:
1)
Penilaian terhadap program bimbingan dan konseling.
2)
Penilaian terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
3)
Penilaian terhadap hasil (Product) dari
pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
b.
Tujuan Evaluasi BK
Kegiatan
evaluasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian
tujuan dari program yang telah ditetapkan.
1)
Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi bimbingan dan
konseling bertujuan sebagai berikut:
a)
Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling
atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
b)
Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu.
c)
Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
(1)
Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan
dan konseling.
(2)
Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari
layanan bimbingan dan konseling.
(3)
Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan
dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
(4)
Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak
dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
2)
Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi bimbingan dan
konseling adalah:
a)
Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan
konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di
sekolah/madrasah.
b)
Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu
dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
c)
Untuk membantu kepala sekolah/madrasah, guru-guru
termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka
dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa.
d)
Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari
program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
e)
Untuk mendorong semua personil bimbingan agar bekerja
leih giat
c.
Fungsi Evaluasi BK
Adapun
fungsi evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah adalah:
1)
Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru
pembimbing (konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan
dan konseling.
2)
Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah,
guru mata pelajaran, dan orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan
perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara
bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program
bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah.
d.
Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua
macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui
sampai sejauh mana keefektifan pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya,
sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan
pelayanan bimbingan dilihat dari hasilnya. Aspek yang dinilai baik prosesnya
maupun hasil antara lain:
1)
kesesuaian antara program dengan pelaksanaan;
2)
keterlaksanaan program;
3)
hambatan-hambatan yang dijumpai;
4)
dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar
mengajar;
5)
respon peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang
tua, dan masyarakat terhadap pelayanan bimbingan;
6)
perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari
pencapaian tujuan pelayanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan dan
hasil belajar, dan keberhasilan peserta didik setelah menamatkan
sekolah/madrasah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di
masyarakat.
Apabila
dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat
penilaian dalam proses yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1)
Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta didik
dalam kegiatan pelayanan bimbingan.
2)
Mengungkapkan pemahaman peserta didik atas bahan-bahan
yang disajikan atau pemahaman/pendalaman peserta didik atas masalah yang
dialaminya.
3)
Mengungkapkan kegunaan pelayanan bagi peserta didik
dan perolehan peserta didik sebagai hasil dari partisipasi/aktivitasnya dalam
kegiatan pelayanan bimbingan.
4)
Mengungkapkan minat peserta didik tentang perlunya
pelayanan bimbingan lebih lanjut.
5)
Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke
waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan pelayanan bimbingan yang
berkesinambungan).
6)
Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan kegiatan pelayanan.
e.
Langkah-langkah Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi program ditempuh melalui langkah-langkah berikut.
1)
Merumuskan masalah atau instrumentasi.
2)
Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data.
3)
Mengumpulkan dan menganalisis data.
4)
Melakukan tindak lanjut (follow up).
f.
Akuntabilitas
Secara
harfiah, konsep akuntabilitas atau accountability berasal dari dua kata,
yaitu account (rekening, laporan atau catatan) dan ability
(kemampuan). Studer dan Sommers, 2000 ( dalam diltz and kimberly, 2010)
mendefinisikan akuntabilitas dengan tiga jenis evaluasi: (a) program yang
meliputi survei untuk menilai tujuan, dan kegiatan program, (b) personil, yang
mencakup daftar periksa pada portofolio untuk menentukan kinerja konselor
sekolah untuk mempertahankan pekerjaan nya, dan (c) evaluasi pelayanan
individual, yang meliputi penilaian obyektif berdasarkan pada indikator dari
siswa atau perubahan perilaku kelompok yang baru.
g.
Analisis Hasil Evaluasi
Program dan Tindak Lanjut
Hasil evaluasi
menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan peserta didik
yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program, serta
dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian
prestasi akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan. Hasil analisis harus ditindaklanjuti dengan menyusun program
selanjutnya sebagai kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan
agar pelayanan bimbingan dan konseling lebih optimal, melakukan referal bagi
peserta didik-peserta didik yang memerlukan bantuan khusus dari ahli lain,
serta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi dan implementasi
pelayanan bimbingan dan konseling selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.
2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Dipublikasikan oleh Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Diltz , Dilani M Perera& Kimberly L Mason: 2010. "Exploration
of
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1st ed; pg. 52, 19 pgs.
Accountability
Practices of School Counselor : A National Study":Journal of Professional Counseling, Practice, Theory, & Research. Austin: 38 Spring .1st ed; pg. 52, 19 pgs.
Mulyadi, A.
2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Prayitno,
Prof. Dr dan Drs. Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Purwoko,
Budi. 2008. Organisasi dan Managemen Bimbingan Konseling. Surabaya:
Unesa University Press.
Syamsu,
Yusuf Dr., L.N. dan Dr. A. Juntika Nurihsan. 2009. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Rosda.
0 comments: